NU Balerante - Pada pembahasan yang telah lalu, Penulis sudah menulis tentang Pembahasan Kalam dan Pembagiannya,dan juga tentang I'rob dan Macam-macamnya, sesuai dengan yang penulis janjiakan untuk menulis tentang 100 Amil, maka pada kesempatan kali ini penulis ingin menulis tentang 100 Amil, namun sebelum sampai pada materi 100 Amil, penulis menganggap perlu untuk mengetahui beberapa Deskripsi tentang Amil (yang meng-I'robi), Amal(I'rob) dan Ma'mul (yang di i'robi)
Amil adalah
lafadz maupun makna yang mempunyai ‘amal (tugas) terhadap perubahan
kalimah lain, sehingga menyebabkan suatu kalimah berubah menjadi marfu’ (Rofa'), mansub (nashob), majrur (khusus pada isim), atau majzum (khusus pada fi’il) yang semuanya berjumlah 100 amil
Yang bisa menjadi ‘amil adalah Kalimah Fi’il dan lafal yang menyerupainya (: Isim Fa’il, Isim Maf’ul, Masdar, Isim Tafdlil, Sifat Musyabbahat dan Isim Fi’il), sesuatu yang bisa menashabkan Fi’il Mudlari’ atau yang menjazemkannya, huruf yang bisa menashabkan Mubtada’ dan yang merafa’kan Khabar, huruf yang bisa merafa’kan Mubtada’ dan yang menashabkan Khabar, huruf jer, Mudlaf dan Mubtada’.
Amil terbagi menjadi 2macam, yaitu :
Amil
Ma’nawi adalah kosongnya Kalimah Isim atau Fi’il Mudlari’ dari lafal
yang bisa mempengaruhinya yang dilafalkan. Kekosongan itu termasuk dalam
‘amil yang bisa merafa’kan.
Yang
dinamakan tajarrud atau kekosongan adalah tidak disebutkannya ‘amil yang bersifat lafdzi, seperti Mubtada’ dan Fi’il
Mudlari’ yang tidak didahului ‘amil nawashib dan jawazim
Amil Lafdzi adalah lafal yang bisa memberi pengaruh kepada lafal lainnya yang dilafalkan, seperti pada contoh yang telah disebutkan di atas.
Ma’mul adalah lafal yang huruf terakhirnya mengalami perubahan menjadi rafa’ atau nashab atau jer atau jazem Karena mendapat pengaruh dari ‘amil. Yang bisa menjadi ma’mul adalah Kalimah Isim dan Fi’il Mudlari’.
Ma’mul ada dua macam yaitu :
Ma’mul bil ashalah (karena asalnya memang sudah menjadi ma’mul), yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil secara langsung, seperti fa’il dan na’ibul fa’il, mubtada’ dan khabarnya, isimnya fi’il naqish dan khabarnya, isimnya (Ø¥ِÙ†َّ) dan sejenis (Ø¥ِÙ†َّ) serta khabarnya, bermacam maf’ul, haal, tamyiz, mustatsna, mudlaf ilaih dan fi’il mudlari’.
Ma’mul bil tab’iyyah, yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil dengan lantaran mengikuti lafal yang lainnya, seperti na’at, ‘athaf, taukid dan badal, semua dibaca rafa’, nashab, jer atau jazem Amil yang mendahuluinya.
Amal (atau yang dinamakan i’rab) adalah perubahan pada Akhir kalimat dikarenakan perbedaan Amil yang masuk pada kalimat tersebut, Perubahan Akhir kalimta tersebut bisa dhohir / jelas, bisa perubahannya adalah Taqdiron / kira-kira.
Bila ditanyakan mengapa i’rab hanya terjadi dihuruf terakhirnya suatu kalimah, maka bisa dijawab dari dua sisi, yaitu :
- I’rab adalah dalil atau yang menunjukkan, sedangkan lafal yang di i’rabi adalah sebagai madlul ‘alaih atau yang ditunjukkan. Sehingga dalil tidak boleh dipasang kecuali setelah mendahulukan madlul ‘alaih.
- Jika i’rab diletakkan di depan, maka hal itu tidaklah dapat dimungkinkan, karena awal dari suatu kalimah pasti selalu berharakat, sehingga tidak akan dapat diketahui apakah kalimah itu mu’rab ataukah mabni, dan sebagian dari i’rab ada yang jazem yang ditandai dengan sukun. Jika sukun diletakkan di awal, maka tidak akan dapat dimungkinkan, karena nantinya kalimah itu tidak dapat diucapkan. Jika i’rab diletakkan di tengah, maka wazan dari kalimah itu tidak akan dapat diketahui, selain itu kalimah yang ruba’i (mempunyai empat hurufnya) tidak mempunyai tengah.