Pada
suatu hari, kota Baghdad digemparkan dengan pencurian di rumah saudagar kaya
raya dan ada sebanyak uang seratus dinar lenyap digonddol maling. Nampaknya
maling tersebut sangat profesional. Buktinya saja sudah banyak petugas
dikerahkan untuk mengejar pencuri itu, namun si maling tak kunjung ketangkap.
Sang
saudagar kaya raya semakin gusar dibuatnya. Bagaimana tidak, sudah uangnya
diambil kemudian ada rasa penasaran sebenarnya siapa pencuri lihai tersebut. Hebatnya,
tak ada satu pun pertanda yang bisa dilanjutkan sebagai bahan penyelidikan
lebih lanjut. Bahkan meskipun telah mendesak pejabat setempat, tetap saja
hasilnya nihil.
Pada
akhirnya, sang saudagar membuat keputusan, barangsiapa yang mencuri hartanya
dan dia mau mengembalikan, maka dia akan mendapatkan hak separuh dari harta
yang dicuri tersebut. Namun meskipun sudah diberikan pengumuman tersebut, si
pencuri tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Bahkan si pencuri ini
merasa nyaman dan aman karena tak satupun orang yang mengetahui ulahnya.
Tidak
putus asa, sang saudagar akhirnya membuat sayembara baru. Barang siapa yang
berhasil mendapatkan pencuri tersebut, maka dia akan mendapatkan seluruh harta
tersebut. Tentu saja sayembara ini sangat menarik warga Baghdad. Banyak sekali
orang yang mendaftar untuk ikut andil bagian, termasuk si pencuri itu sendiri.
Awalnya
si pencuri berniat untuk meninggalkan kota Baghdad dengan membawa harta
curiannya. Namun setelah dipikir-pikir, kepergiannya hanya akan membuka aibnya.
Oleh karena itu, si pencuri mencoba bertahan di kota dengan ikut-ikutan menjadi
peserta sayembara. Dia semakin merasa aman saat berkumpul dengan peserta
sayembara. Dia sangat yakin kedoknya tidak akan terbongkar.
Begitu melihat hasil yang
belum jelas terlihat dari sayembara yang sudah dibukanya, sang saudagar
akhirnya mendesak sang hakim untuk mendatangkan Abu Nawas. Namun sayangnya, Abu
Nawas pada hari itu sedang berada di Damaskus dan baru bisa pulang pada esok
harinya. Semua harapan bertumpu pada Abu Nawas.
Kasak kusuk begitu genjar
di kalangan warga, mereka menebak apakah Abu Nawas mampu menguak teka-teki
tersebut. Sementara itu, si pencuri hatinya menjadi ciut karena dia tahu
bagaimana kemampuan Abu Nawas dalam memecahkan masalah.
Pada keesokan harinya, Abu
Nawas datang dengan membawa tongkat banyak sekali. Dan kemudian dia membagikan
tongkat-tongkat tersebut kepada semua yang hadir sambil berpesan.
"Tongkat-tongkat ibi
sudah saya mantrai, kalian bawa pulang. Besok bawa kembali ke sini. Jika salah
satu diantara kalian pencurinya, maka tongkat akan bertambah satu telunjuk.
Yang bukan pencuri, maka tidak usah khawatir, "ujar Abu Nawas.
Kemudian semua warga
pulang dan si pecuri bingung bagaimana bisa lolos di esok hari. Setelah memeras
otak, dia memutuskan untuk memotong tongkat tersebut sepanjang telunjuk
jarinya.
Keesokan
harinya, semua warga berkumpul dan mengembalikan tongkat kepada Abu Nawas. Pada
saat menerima tongkat dari pencuri tersebut, Abu Nawas langsung menangkapnya
karena tongkatnya menjadi lebih pendek. Kemudian si pencuri diadili dengan
seadil-adilnya. Akhirnya Abu Nawas berhak menerima uang 100 dinar tersebut.
Namun uang tersebut dibagikan kepada fakir miskin di kota Baghdad